Nilai-nilai
dalam Pendidikan Karakter
Berbicara tentang karakter sesungguhnya karakter
merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan negara. Ia ibarat kemudi
dalam kehidupan. Namun dalam kenyatannya, perhatian terhadap karakter yang
begitu pentingnya tidak di perhatikan dengan baik bahkan boleh dibilang
terabaikan.
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan
karakter bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik
tentangmana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan
karakter merupakan proses menanamkan nilai-nilai positif kepada peserta didik
melalui berbagai cara yang tepat.
Pendidikan karakter yang menjadi isu utama dunia
pendidikan saat ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Latar belakang
menghangatnya isu pendidikan karakter adalah harapan tentang pemenuhan sumber
daya manusia yang berkualitas yang lahir dari pendidikan. Dengan demikian,
penanaman pendidikan karakter sudah tidak dapat ditawar untuk diabaikan,
terutama pada pembelajaran di sekolah, di samping lingkungan keluarga dan
masyarakat.
Secara umum, nilai-nilai karakter atau budi pekerti
ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
masyarakat dan alam sekitar. Mengutip dari pendapatnya Lickona (1991),
“pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran
berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral
behaviour).
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan
karakter, ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter
bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat
pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam
proses pendidikannya.
18
nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah
1. Religius
Sikap
dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi
Sikap
dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
5. Kerja
Keras
Tindakan
yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir
dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki.
7. Mandiri
Sikap
dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara
berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya
dan orang lain.
9. Rasa
Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat
Kebangsaan
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta
Tanah Air
Cara
berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai
Prestasi
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta
Damai
Sikap
dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar
Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16. Peduli
Lingkungan
Sikap
dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di
sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi.
17. Peduli
Sosial
Sikap
dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
18. Tanggung
Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
Yang Maha Esa
Pengertian
pendidikan karakter menurut para tokoh
Para
ahli menyatakan beberapa pengertian yang mengupas tentang makna pendidikan
diantaranya John Dewey mengartikan pendidikan sebagai salah satu proses
pembaharuan makna pengalaman. Sedangkan H. Horne mendefinisikan pendidikan
sebagai suatu proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental
yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar,
intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus baik
itu formal maupun informal berdasarkan pengalaman individu untuk meningkatkan
kemampuannya baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Definisi
pendidikan menurut para ahli :
a. John
Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai tempat diberikannya pekerjaan pada anak
yang membentuk watak
b. manusia,
dan semboyannya adalah saling tolong menolong (Barnadib, 1983: 153);
c. Megawangi
(2004: 95) mengartikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik
anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif
kepada lingkungannya;
d. Gaffar
(2010: 1) mendefinisikan pendidian karakter sebagai proses transformasi
nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu;
e. Dr.
Maria Montessori menjadikan kemerdekaan belajar sebagai dasar pendidikan, dan
kedisiplinan tidak datang dari hukuman dan hadiah, tetapi dari dalam diri
anak-anak itu sendiri karena pekerjaanya. Montessori membuat sekolah Case
dei Bambini yang artinya rumah anak kecil, montessori menghendaki
kemerdekaan anak karena kemerdekaan dianggapnya hak tiap-tiap makhluk,
kemerdekaan berarti sanggup membuat sesuatu sendirian tanpa pertolongan orang
lain (Barnadib, 1983: 140).
f. Amin
(1980: 62) mengemukakan bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlaq
(karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk
pembiasaan sikap dan perilaku;
g. Lickona
secara sederhana mendefinisikan pendidikan karakter sebagai segala usaha yang
dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona menyatakan bahwa pengertian
pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu
seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai
etika yang inti;
h. Damayanti
(2014:11) pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah yang
membina etika, bertanggung jawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan
dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, nilai-nilai
yang diyanini masyarakat. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan budi
pekerti plus yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan;
i.
Kertajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah
ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap,
berucap, dan merespon sesuatu;
j.
Gross dalam tulisannya menyatakan pendidikan
nilai sebagai pendidikan sosial bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi
warga negara yang baik dan berkemampuan sosial yang tinggi. Pendidikan nilai
memiliki peran penting dalam
k. pembentukan
bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi, baik berharkat martabat mulia maupun
berperilaku mulia. Pendidikan nilai cenderung disamakan dengan pendidikan budi
pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan religius, pendidikan moral atau
pendidikan karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter adalah sebagai upaya untuk
mempromosikan dan menginternalisasi nilai-nilai utama, atau nilai-nilai positif
kepada masyarakat agar menjadi warga bangsa yang percaya diri,tahan uji dan
bermoral tinggi, demokratis dan bertanggung jawab serta dapat bertahan;
l.
Gulo, 1982:29) menyatakan karakter adalah
kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap
Metode
pendidikan karakter
Metode pendidikan
karakter di sekolah lebih cenderung dengan penanaman nilai, agar dapat
dikatakan berhasil pendidikan karakter harus dapat menentukan metode yang akan
digunakan sehingga tujuan pendidikan karakter semakin terarah dan efektif.
Pendidikan karakter agar dapat terlak sana secara utuh perlu dipertimbangkan
berbagai macam metode yang membantu mencapai tujuan pendidikan karakter,
diantaranya yaitu ;
1) Pengajaran
Untuk dapat
melakukan yang baik, yang adil, yang bernilai, pertama-tama perlu diketahui
dengan pasti apa itu kebaikan, keadilan dan nilai. Pendidikan karakter
mengandaikan pengetahuan teoritis tentang konsep nilai-nilai tertentu, kadang
kala terjadi bahwa ada orang yang secara konsep tidak mengetahui apa itu berperilaku
baik, namun mampu mempraktikan kebaikan dalam hidup mereka tanpa disadarinya.
Untuk itulah salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah
mengajarkan nilai-nilai keluhuran secara teoritis dan juga memberikan
contoh-contohnya dalam kehidupan nyata, sehingga anak didik memiliki gagasan
konsep tentang nilai yang dapat diembangkan pribadinya.
Cara lain untuk
mempertajam pemahaman tentang nilai-nilai adalah dengan cara mengundang
pembicara tamu dalam sebuah seminar, diskusi, publikasi dll untuk secara khusus
membahas nilai-nilai utama dalam kerangka pendidikan karakter.
2) Keteladanan
Anak lebih banyak
belajar dari apa yang mereka lihat, untuk itulah pendidikan karakter
sesungguhnya lebih merupakan tuntunan terutama bagi kalangan pendidikan sendiri.
Keteladanan merupakan salah satu hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan
pendidikan karakter, pendidik atau guru yang dalam bahasa jawa berarti digugu
lan ditiru sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri.
Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak hijau”, dan guru yang sifat
hakikatnya hitam akan “beranak hitam” , karena guru merupakan keteladanan yang
dijadikan bagi anak didiknya (Kusuma, 2011: 212). Sekian banyak metode
membangun dan menanamkan karakter, keteladanan adalah yang paling kuat, karena
keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus
bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh yang
sesungguhnya dari sebuah perilaku (Saleh. 2012 : 12).
Berkenaan dengan
metode pembiasaan dan teladan Ibnu Sina menyatakan bahwa pembiasaan adalah
termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam
mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan
teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak (Nata. 2000 :75 ).
3) Menentukan
Prioritas
Lembaga pendidikan
memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas karakter yang ingin diterapkan di
lingkungan sekolah. Pendidikan menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap
penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, lembaga pendidikaan harus menentukan tuntutan standar atas karakter
yang akan ditawarkan kepada peserta didik sebagai bagian dari kinerja
kelembagaan (Asmani, 2011: 68)
4) Repeat Power
Repeat power
adalah salah satu cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan
positif pada diri sendiri secara terus-menerus tentang apa yang ingin diraih.
Yaitu dengan mengucapkan seara berulang-ulang sifat atau nilai positif yang
inin dibangun, metode ini dapat pula disebut dengan metode dzikir karakter
(Saleh. 2012: 15).
5) Refleksi
Karakter yang
ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam program dan
kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan direfleksikan secara berkesinambungan
dan kritis. Sebab sebagaimana dikatakan Socrates, “hidup yang tidak
direfleksikan merupakan hidup yang tidak layak dihayati”. Tanpa ada usaha untuk
melihat kembali sejauh mana proses pendidikan karakter ini direfleksikan dan
dievaluasi, tidak akan pernah mendapat kemajuan, refleksi merupakan kemampuan
sadar khas manusia. Dengan kemampuan sadar ini manusia mampu menguasai diri,
seperti dalam tulisan Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah mampu
mengantarkan manusia untuk menguasai dirinya sendiri (Asmani, 2011: 70).
Sumber
Anisah
Nur.2015. Pendidikan Karakter Dalam
Perspektif Ki Hajar Dewantara. Institut Agama Islam Negeri. Salatiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar