Minggu, 05 November 2017

pendidikan karakter

Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter
Berbicara tentang karakter sesungguhnya karakter merupakan pilar penting dalam kehidupan bangsa dan negara. Ia ibarat kemudi dalam kehidupan. Namun dalam kenyatannya, perhatian terhadap karakter yang begitu pentingnya tidak di perhatikan dengan baik bahkan boleh dibilang terabaikan.
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan karakter bukanlah sekadar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentangmana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan karakter merupakan proses menanamkan nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai cara yang tepat.
Pendidikan karakter yang menjadi isu utama dunia pendidikan saat ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru. Latar belakang menghangatnya isu pendidikan karakter adalah harapan tentang pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas yang lahir dari pendidikan. Dengan demikian, penanaman pendidikan karakter sudah tidak dapat ditawar untuk diabaikan, terutama pada pembelajaran di sekolah, di samping lingkungan keluarga dan masyarakat.
Secara umum, nilai-nilai karakter atau budi pekerti ini menggambarkan sikap dan perilaku dalam hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam sekitar. Mengutip dari pendapatnya Lickona (1991), “pendidikan karakter secara psikologis harus mencakup dimensi penalaran berlandasan moral (moral reasoning), perasaan berlandasan moral (moral behaviour).
Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai-nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh Diknas. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan berkarakter tersebut dalam proses pendidikannya.
18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah
1.      Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2.      Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3.      Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4.      Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5.      Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6.      Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.      Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8.      Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.      Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.  Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.  Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12.  Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.  Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14.  Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15.  Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
16.  Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.  Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.  Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa


Pengertian pendidikan karakter menurut para tokoh
Para ahli menyatakan beberapa pengertian yang mengupas tentang makna pendidikan diantaranya John Dewey mengartikan pendidikan sebagai salah satu proses pembaharuan makna pengalaman. Sedangkan H. Horne mendefinisikan pendidikan sebagai suatu proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisik dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional, dan kemanusiaan dari manusia. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus baik itu formal maupun informal berdasarkan pengalaman individu untuk meningkatkan kemampuannya baik secara kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Definisi pendidikan menurut para ahli :
a.       John Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai tempat diberikannya pekerjaan pada anak yang membentuk watak
b.      manusia, dan semboyannya adalah saling tolong menolong (Barnadib, 1983: 153);
c.       Megawangi (2004: 95) mengartikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya;
d.      Gaffar (2010: 1) mendefinisikan pendidian karakter sebagai proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu;
e.       Dr. Maria Montessori menjadikan kemerdekaan belajar sebagai dasar pendidikan, dan kedisiplinan tidak datang dari hukuman dan hadiah, tetapi dari dalam diri anak-anak itu sendiri karena pekerjaanya. Montessori membuat sekolah Case dei Bambini yang artinya rumah anak kecil, montessori menghendaki kemerdekaan anak karena kemerdekaan dianggapnya hak tiap-tiap makhluk, kemerdekaan berarti sanggup membuat sesuatu sendirian tanpa pertolongan orang lain (Barnadib, 1983: 140).
f.       Amin (1980: 62) mengemukakan bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlaq (karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk pembiasaan sikap dan perilaku;
g.      Lickona secara sederhana mendefinisikan pendidikan karakter sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa. Lickona menyatakan bahwa pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti;
h.      Damayanti (2014:11) pendidikan karakter adalah gerakan nasional menciptakan sekolah yang membina etika, bertanggung jawab dan merawat orang-orang muda dengan pemodelan dan mengajarkan karakter baik melalui penekanan pada universal, nilai-nilai yang diyanini masyarakat. Pendidikan karakter juga merupakan pendidikan budi pekerti plus yang melibatkan aspek pengetahuan, perasaan dan tindakan;
i.        Kertajaya (2010) mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu;
j.        Gross dalam tulisannya menyatakan pendidikan nilai sebagai pendidikan sosial bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi warga negara yang baik dan berkemampuan sosial yang tinggi. Pendidikan nilai memiliki peran penting dalam
k.      pembentukan bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi, baik berharkat martabat mulia maupun berperilaku mulia. Pendidikan nilai cenderung disamakan dengan pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak, pendidikan religius, pendidikan moral atau pendidikan karakter. Pelaksanaan pendidikan karakter adalah sebagai upaya untuk mempromosikan dan menginternalisasi nilai-nilai utama, atau nilai-nilai positif kepada masyarakat agar menjadi warga bangsa yang percaya diri,tahan uji dan bermoral tinggi, demokratis dan bertanggung jawab serta dapat bertahan;
l.        Gulo, 1982:29) menyatakan karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap

Metode pendidikan karakter
Metode pendidikan karakter di sekolah lebih cenderung dengan penanaman nilai, agar dapat dikatakan berhasil pendidikan karakter harus dapat menentukan metode yang akan digunakan sehingga tujuan pendidikan karakter semakin terarah dan efektif. Pendidikan karakter agar dapat terlak sana secara utuh perlu dipertimbangkan berbagai macam metode yang membantu mencapai tujuan pendidikan karakter, diantaranya yaitu ;

1) Pengajaran
Untuk dapat melakukan yang baik, yang adil, yang bernilai, pertama-tama perlu diketahui dengan pasti apa itu kebaikan, keadilan dan nilai. Pendidikan karakter mengandaikan pengetahuan teoritis tentang konsep nilai-nilai tertentu, kadang kala terjadi bahwa ada orang yang secara konsep tidak mengetahui apa itu berperilaku baik, namun mampu mempraktikan kebaikan dalam hidup mereka tanpa disadarinya. Untuk itulah salah satu unsur penting dalam pendidikan karakter adalah mengajarkan nilai-nilai keluhuran secara teoritis dan juga memberikan contoh-contohnya dalam kehidupan nyata, sehingga anak didik memiliki gagasan konsep tentang nilai yang dapat diembangkan pribadinya.
Cara lain untuk mempertajam pemahaman tentang nilai-nilai adalah dengan cara mengundang pembicara tamu dalam sebuah seminar, diskusi, publikasi dll untuk secara khusus membahas nilai-nilai utama dalam kerangka pendidikan karakter.

2) Keteladanan
Anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat, untuk itulah pendidikan karakter sesungguhnya lebih merupakan tuntunan terutama bagi kalangan pendidikan sendiri. Keteladanan merupakan salah satu hal klasik bagi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan karakter, pendidik atau guru yang dalam bahasa jawa berarti digugu lan ditiru sesungguhnya menjadi jiwa bagi pendidikan karakter itu sendiri. Guru yang sifat hakikatnya hijau akan “beranak hijau”, dan guru yang sifat hakikatnya hitam akan “beranak hitam” , karena guru merupakan keteladanan yang dijadikan bagi anak didiknya (Kusuma, 2011: 212). Sekian banyak metode membangun dan menanamkan karakter, keteladanan adalah yang paling kuat, karena keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh yang sesungguhnya dari sebuah perilaku (Saleh. 2012 : 12).
Berkenaan dengan metode pembiasaan dan teladan Ibnu Sina menyatakan bahwa pembiasaan adalah termasuk salah satu metode pengajaran yang paling efektif, khususnya dalam mengajarkan akhlak. Cara tersebut secara umum dilakukan dengan pembiasaan dan teladan yang disesuaikan dengan perkembangan jiwa anak (Nata. 2000 :75 ).

3) Menentukan Prioritas
Lembaga pendidikan memiliki prioritas dan tuntutan dasar atas karakter yang ingin diterapkan di lingkungan sekolah. Pendidikan menghimpun banyak kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan realisasi atas visi lembaga pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikaan harus menentukan tuntutan standar atas karakter yang akan ditawarkan kepada peserta didik sebagai bagian dari kinerja kelembagaan (Asmani, 2011: 68)

4) Repeat Power
Repeat power adalah salah satu cara untuk mencapai sukses dengan menanamkan sebuah pesan positif pada diri sendiri secara terus-menerus tentang apa yang ingin diraih. Yaitu dengan mengucapkan seara berulang-ulang sifat atau nilai positif yang inin dibangun, metode ini dapat pula disebut dengan metode dzikir karakter (Saleh. 2012: 15).

5) Refleksi
Karakter yang ingin dibentuk oleh lembaga pendidikan melalui berbagai macam program dan kebijakan senantiasa perlu dievaluasi dan direfleksikan secara berkesinambungan dan kritis. Sebab sebagaimana dikatakan Socrates, “hidup yang tidak direfleksikan merupakan hidup yang tidak layak dihayati”. Tanpa ada usaha untuk melihat kembali sejauh mana proses pendidikan karakter ini direfleksikan dan dievaluasi, tidak akan pernah mendapat kemajuan, refleksi merupakan kemampuan sadar khas manusia. Dengan kemampuan sadar ini manusia mampu menguasai diri, seperti dalam tulisan Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah mampu mengantarkan manusia untuk menguasai dirinya sendiri (Asmani, 2011: 70).

Sumber
Anisah Nur.2015. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Ki Hajar Dewantara. Institut Agama Islam Negeri. Salatiga


Tidak ada komentar:

Posting Komentar